Saya dilahirkan dari keluarga Kristen Protestan yang taat. Kedua orang tua saya adalah orang yang sangat tekun menjalankan ibadah, baik ke gereja maupun ibadah yang diadakan di lingkungan masyarakat. Berkat ketelatenannya itu, ayah saya dipercaya sebagai penatua. la memimpin gereja di suatu distrik atau wilayah di tempat tinggal kami. Tak heran, jika kami -anak-anaknya- mengikuti jejak beliau, aktif di lingkungan yang sarat dengan aktivitas kerohanian itu.
#3: Salam dan Kesucian Islam Membukakan Hati Saya
Sebagai anak tertua, saya lebih menonjol dalam bidang kerohanian. Sejak kecil, saya biasa mengikuti Sekolah Mingguan. Saya selalu menjadi panutan bagi yang lain. Saya selalu terpilih sebagai duta atau wakil teman-teman dari gereja untuk mengikuti pertandingan atau perlombaan-perlombaan yang diadakan gereja secara rutin setiap tahun.
Hingga dewasa dan sampai saya pindah ke kota Jakarta, kemampuan saya dalam berorganisasi di bidang kerohanian di lingkungan gereja maupun kantor sangat diperhitungkan. Di sini, saya pun selalu dipercaya memegang kepengurusan.
Walaupun banyak kegiatan yang saya ikuti di gereja, bahkan sampai menyita waktu, baik malam maupun siang hari, sejauh itu saya hanya senang dan gembira pada saat kegiatan itu berlangsung. Tetapi jika kegiatan itu berakhir, maka yang tinggal hanyalah penat, bosan, dan capek. Demikianlah kehidupan rutinitas saya yang selalu monoton tanpa ada perasaan lega atau bahagia, sehingga ada rasa rindu menanti kegiatan-kegiatan gereja lainnya.