Dimanakah Cinta Seorang Ayah?

23 Agustus 2012

[MIB] "S" adalah seorang lelaki yang hidup dalam keluarga broken home. Ayahnya hanya sibuk mencari harta dan kekayaan dengan segala cara yang ada. Sedang sang ibu lebih mementingkan untuk keluar, pergi dan jalan-jalan. Karena itu, harmonisme di antara suami dan istri ini hampir mustahil dan bisa menyebabkan perceraian. Kekerasan hati sang ibu sudah sampai pada puncaknya ketika ia kabur dari rumah tanpa memberi pandangan kasih sayang kepada putranya yang masih kecil. Bahkan, dia keluar seolah narapidana yang membobol pintu penjara lalu melarikan diri dengan meninggalkan sesuatu yang termulia pada hati seorang ibu. Akan tetapi, apakah seperti ini orang yang disebut ibu?

Kehidupan S bersama ayahnya penuh hedonisme dan kemanjaan, tapi tanpa dibarengi perhatian dan pendidikan yang selayaknya. Pendidikan di mata sang ayah hanya sebatas pada apa dan berapa yang anaknya inginkan saja. Pendidikan di matanya hanya ambil dan ambillah tanpa hitungan dan kontrol. Anak itu pun tumbuh dewasa atas dasar pendidikan yang salah ini.

Akan tetapi, sang ayah menampakkan penampilan seorang jet set yang tidak pelit kepada putranya untuk memasukkan putranya ke sekolah asing. S menjalani semua studi pendidikannya di sekolah ini. Namun, apa yang dia dapat dari sekolah ini?

Dia hanya tahu menenggak minuman keras, narkoba, dan berbagai hubungan gelap bersama para gadis amoral dan menyelam di dalam jurang kerusakan pada kedua telinganya. Lalu di mana sang ayah? Sang ayah hanya sibuk dengan bisnis, profesi, dan urusan-urusan lainnya. Dengan memfasilitasi harta, pelayan, villa yang megah kepada putranya dan memasukkannya ke sekolah asing terfavorit (the best foreign school). Ayahnya mengira bahwa ia telah melaksanakan tanggungjawabnya terhadap putranya. Dimanakah cinta seorang ayah? Dan dimana arahan, nasihat, dan bimbingan itu?

Sedikit pun sang anak tersebut tidak pernah merasakan semua ini. Karena itu, ketika kasih sayang ibu dan ayah tidak didapatinya, maka dia mencarinya di tempat lain, dan dia pun telah menemukannya!

Sungguh, dia mendapatinya pada seorang guru wanita asingnya. Dia memasrahkan dirinya di bawah asuhannya, lalu wanita itu pun memberikan tubuhnya kepadanya. Anak ingusan yang belum berusia 15 tahun yang mencari cinta dan kasih sayang ini pun mendapatkannya pada wanita ini, dan naifnya dia adalah seorang guru! Seburuk-buruk guru pengajar dan pelajar!

Dia pun tinggal bersama guru wanitanya ini, tanpa ada seorang pun yang menanyakan, menegur, ataupun mengontrolnya. Pada musim liburan panjang, sang guru menetapkan untuk kembali ke negaranya setelah habis masa kontraknya dengan pihak sekolah dimana ia bekerja. Ketika S mengetahui hal itu, dia merasa kesetanan. Dia pun mencari hati penuh kasih yang senantiasa menyelimutinya. Akan tetapi, dia tidak pernah mendapatinya selain pada guru wanita tersebut yang mengeksploitasi cintanya kepadanya untuk memuaskan nafsu syahwatnya dan materi. Sungguh, dia telah menghambur-hamburkan banyak uang dan hadiah untuknya. Di mata wanita ini, dia tak lebih sebagai sumber kekayaan yang besar.

Sang guru pun pergi, dan S pun merasa seolah hidup dalam dunia yang hampa dari cinta dan kasih sayang. Dia merasakan kehambaran yang bisa mematikan yang senantiasa membelenggu hidupnya dari segala arah. Dia pun menetapkan untuk menyusul guru wanitanya. Di sana, tidak ada seorang pun yang menghalang-halanginya. Sang ayah memberinya uang yang diinginkannya dan dia pun berangkat menyusul guru wanitanya.

Di negeri gurunya itu, dia tinggal bersamanya di rumahnya yang masih perkampungan beserta keluarganya yang tidak menentang hubungan tercela yang terlarang ini. Dia tinggal bersamanya dan wanita ini pun menyuguhkan pesona dan tubuhnya. Dia pun semakin cinta kepadanya, padahal waktu itu dia baru berusia 17 tahun sedang si wanita sudah berusia 28 tahun.

Setelah masa liburan habis, S pun pulang membawa raga yang hancur luluh karena meninggalkan hati dan perasaannya pada guru wanitanya. Setelah dia lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA), ayahnya memintanya untuk memilih perguruan tinggi yang diinginkannya. Diapun memilih salah satu perguruan tinggi yang ada di negeri dimana guru wanitanya tinggal. Tanpa ragu-ragu atau berusaha menentangnya, sang ayah pun langsung menyetujuinya.

Demikianlah, perjalanan sia-sia yang dilalui pemuda linglung lagi rusak ini berlanjut terus. Akan tetapi, siapakah yang menjadi biang keroknya?

Banyak kalangan ayah dan ibu dalam beberapa dekade ini begitu ngotot memberikan semua fasilitas hidup kepada anak-anaknya. Sebaliknya, mereka justru melupakan atau mengabaikan sesuatu yang lebih urgen. Mereka mengabaikan untuk memberikan anak-anaknya pendidikan yang benar yang berlandaskan moral Islam yang terpuji, yang juga merupakan benteng kokoh bagi mereka yang bisa menolong mereka untuk menjalani hidup ini tanpa melakukan penyimpangan. Memberi pakaian, makanan, dan perlengkapan yang paling urgen, adalah cinta, kehangatan, kasih sayang kedua orang tua yang selalu melingkupi keluarga, mengokohkan sendi-sendinya, menjalin harmonisasi dan menumbuhkan hubungan-hubungannya.

Di sana, ada sebagian ayah yang begitu ngotot agar anak-anaknya belajar di sekolah-sekolah asing. Ini adalah suatu kesalahan yang dilakukan oleh banyak orang. Di sekolah-sekolah ini terdapat berbagai etika dan tradisi yang sangat asing di mata masyarakat kita dan diharamkan oleh agama Islam. Dengan demikian, para ayah itu telah menempatkan anak-anaknya pada jalan yang licin dan berduri. Pada jalan itu, tidak ada yang selamat darinya selain orang yang dikaruniai rahmat Allah.

Allah berfirman yang artinya:

"Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui, dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezekikan kepada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk." (QS. al-An'am: 140)

Dan dari Ibnu 'Abbas bahwasanya Rasulullah bersabda,

اَلزَمُوْا أوْلاَدكُمْ واحْسِنُوْا أدَبَهُم 

"Temanilah anak-anak kalian dan perbaikilah tata krama mereka."

[Disadur dari Buletin Remaja Islam al-Hikmah Edisi 2/Tahun 1/VI/1429]

Blog Buletin al-Hikmah | oleh OSIS SMA Wahdah. Diberdayakan oleh Blogger.

al-Hikmah

Mulia dengan Ilmu

Archives

Followers