Hati yang Diam Kala Terluka

13 November 2012

Oleh Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairi

Seorang dokter ahli bedah bergegas menuju rumah sakit begitu dihubungi pihak rumah sakit karena seorang pasien dalam kondisi kritis harus segera dioperasi. Begitu sampai dia mempersiapkan diri, mandi dan bersalin pakaian.


Sejenak sebelum masuk ke ruangan operasi ia bertemu dengan ayah pasien yang raut wajahnya memendam cemas bercampur marah. Dengan ketus laki-laki itu mencecar sang dokter, "Kenapa lama sekali, Dokter! Tidak taukah Anda anak saya sedang kritis! Mana tanggung jawab Anda sebagai dokter!"

Dokter bedah itu menjawab dalam senyum, "Saudaraku, saya sangat menyesal atas keterlambatan ini. Tadi saya sedang berada di luar, tetapi begitu dihubungi saya langsung menuju ke sini. Semoga Anda maklum dan dapat merasa tenang sekarang. Doakan semoga saya dapat melakukan tugas ini dengan baik, dan yakinlah bahwa Allah akan menjaga anak Anda."

Keramahan sang dokter ternyata tidak meredamkan amarah si bapak, bahkan suaranya mengguntur. "Anda bilang apa? Tenang? Sedikit pun Anda tidak peduli rupannya. Apakah Anda bisa tenang jika anak Anda yang sekarat! Apa yang akan Anda lakukan jika anak Anda meninggal!"

Sambil tetap mengulas senyum dokter menanggapi, "Bila anak saya meninggal saya akan mengucapkan seperti yang difirmankan Allah: Yaitu orang-orang yang jika ditimpa musibah mereka mengatakan 'Innaa lillaahi wa innaa ilayhi raaji'uun'."

Dokter itu melanjutkan, "Adakah ucapan belasungkawa yang lain bagi orang beriman? Maaf, Pak, dokter tidak dapat memperpanjang usia tidak juga memendekkannya. Usia di tangan Allah. Dan kami akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan putra Anda."

"Hanya saja kondisi anak Anda kelihatannya cukup parah, oleh karena itu jika terjadi yang tidak kita inginkan ucapkanlah 'Innaa lillaahi wa innaa ilayhi raaji'uun'. Saran saya, sebaiknya Anda pergi ke mushalla rumah sakit untuk memperbanyak shalat dan doa kepada Allah agar Dia menyelamatkan anak Anda," tambahnya.

Laki-laki orang tua pasien menanggapi dengan sinis, "Nasehat itu memang mudah, apalagi untuk orang yang tidak punya hubungan dengan Anda."

Sang dokter segera berlalu masuk ruangan operasi. Operasi berlangsung beberapa jam, lalu sang dokter keluar tergesa-gesa dan berkata kepada orang tua pasien, "Berbahagialah, Pak. Alhamdulillah operasi berjalan lancar, anak Anda akan baik-baik saja. Maaf, saya harus segera pergi, perawat akan menjelaskan kondisi anak Anda lebih rinci."

Orang tua pasien tersebut tampak berusaha mengajukan pertanyaan lain, tetapi sang dokter segera beranjak pergi. Selang beberapa menit, sang anak keluar dari ruang operasi disertai seorang perawat.

Seketika orang tua anak itu berkata, "Ada apa dengan dokter egois itu? Tidak sedikit pun memberi kesempatan kepada saya untuk bertanya tentang kondisi anak saya."

Tak dinyana perawat tersebut menangis terisak-isak dan berkata, "Kemarin putra beliau meninggal dunia akibat kecelakaan. Ketika kami hubungi tadi, beliau sedang bersiap-siap untuk mengebumikan putranya itu. Tapi apa boleh buat, kami tidak punya dokter bedah yang lain. Oleh karena itu begitu selesai operasi beliau bergegas pulang untuk melanjutkan pemakaman putranya. Beliau telah berbesar hati meninggalkan sejenak segala kesedihannya atas anaknya yang meninggal demi menyelamatkan hidup anak Anda."

Ya Allah, rahmatilah hati yang meski terluka, namun tidak bicara.

[Disalin dengan sedikit perbaikan, dari ketikan ulang oleh Sari Ummu 'Abdillah, dari Majalah Qiblati Edisi 1 Tahun 8]

Comments

3 Comments

RSS
  1. Kisahnya Menarik dan penuh hikmah,. hehe kami tunggu postingan selanjutnya :)

    BalasHapus
  2. subahanallah....hati yang tenang...

    BalasHapus

Blog Buletin al-Hikmah | oleh OSIS SMA Wahdah. Diberdayakan oleh Blogger.

al-Hikmah

Mulia dengan Ilmu

Archives

Followers